tirto.id – Media Tempo tengah menjadi sasaran dari sejumlah tindakan teror, khususnya jurnalis yang terlibat di program Bocor Alus Politik. Salah seorang pemandu siniar (podcast) Bocor Alus Politik, yang juga wartawan Tempo, sempat mendapat kiriman kepala babi pada Rabu (19/3/2025).
Berdasarkan kronologi dari Tempo, paket tersebut disebut diterima satuan pengamanan pada Rabu, pukul 16.15 WIB. Namun, wartawan Tempo bernama Cica, yang ditulis sebagai nama penerima paket tersebut, baru membukanya pada Kamis (20/3/2025), pukul 15.00 WIB usai melakukan liputan.
Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, mengatakan kiriman paket berisi kepala babi tersebut sebagai bentuk teror terhadap kebebasan pers.
Namun, teror terhadap Tempo dan siniar Bocor Alus Politik juga terjadi di ranah digital. Sebuah akun di X (dulu Twitter) menerbitkan sejumlah narasi soal program populer dari Tempo tersebut.
“MEDIA DISINTEGRASA BANGSA, hanya memuat isu isu memecah bela bangsa,” begitu bunyi cuitan akun @Elvianadwirizki pada 18 Maret 2025 (arsip).
Bersama cuitan tersebut, disertakan sebuah poster salah satu episode Bocor Alus Politik sebagai latar, sementara terdapat sosok Sasmito Madrim di bagian depan yang dikutip mengatakan, “Bocor alus program disintegrasi bangsa.”
Tidak hanya satu, terdapat beberapa unggahan serupa dari akun tersebut yang bernada serangan kapada Tempo dan secara khusus, program Bocor Alus Politik (tautan 1, arsip 1) (tautan 2, arsip 2). Terdapat juga satu unggahan (arsip) yang mencatut Pendiri Lokataru Fondation, Haris Azhar, dengan kutipan yang berbunyi, “Bocor Alus Tempo didukung oleh dana dari MDIF George Soros. Segera blokir Bocor Alus Tempo.”
Meski unggahan-unggahan tersebut tidak menarik perhatian publik secara masif, namun akun tersebut mengunggah serangkaian narasi, yang semua terkumpul dalam satu hari, pada 18 Maret 2025, mengindikasikan adanya pola serangan tertentu yang disusun secara terstruktur.
Di TikTok juga terdapat narasi yang menyerang Tempo (arsip). Media tersebut disebut mendapat pendanaan dari investor asing, MDIF. Hal ini membuat aktivitas jurnalisme Tempo mengarah ke kepentingan asing.
Lantas, benarkah klaim-klaim terkait Tempo ini?