Belum Ada Bukti, Klaim Muhaimin Iskandar bahwa Kedatangan Pengungsi Ronghiya Membawa Ketidakstabilan

Rizka Fiani Prabaningtyas, peneliti bidang hubungan internasional dan isu migrasi dari Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan hingga saat Ini belum ada riset dengan data valid dan komprehensif. Setidaknya, penelitiam yang dapat diakses publik-terkait implikasi langsung dari keberadaan pengungsi Rohingya terhadap stabilitas sosial, ekonomi, dan politik di Aceh terhitung sejak pertama kali Rohingya mendarat di Aceh tahun 2009 hingga saat ini. Karena itu, klaim Muhaimin bahwa semua imigran Rohingya membawa ketidakstabilan di Aceh tidak bisa diverifikasi kebenarannya, meskipun banyak laporan demikian di media sosial.
Pernyataan Muhaimin tersebut justru hanya akan berpotensi menggeneralisasi kelompok pengungsi Rohingya karena seolah-olah semua pengungsi Rohingya melakukan tindakan-tindakan pemicu ketidakstabilan sosial. Ini yang membuat pengungsi rohingya bagaikan kambing hitam atas kondisi stabilitas di Aceh. Padahal, dengan atau tanpa adanya pengungsi Rohingya, provinsi tersebut telah memiliki sejarah konflik sosial yang panjang
Sejauh ini, sentimen negatif terhadap pengungsi Rohingya dipicu oleh disinformasi dan narasi kebencian yang beredar di media sosial. Seperti dikutip dari BBC Indonesia, analisis jaringan sosial Drone Emprit  bahkan mendapati informasi bohong dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya yang beredar di media sosial X sengaja disebarkan akun-akunfanbaseatau forum yang biasanya tidak mengungkapkan identitas pengirim. 
Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, berkata bahwa sebaran hoaks dan narasi kebencian terhadap Rohingya agak merepotkan mereka yang sedang berupaya memulihkan situasi di Aceh.
Padahal di balik narasi penolakan tersebut, masih ada upaya warga Aceh dan komunitas lokal untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Rohingya yang jarang diberitakan. Sebuah kajian yang ditemukan justru banyak menyoroti rekam jejak kolaborasi pemerintah pusat, daerah, organisasi kemanusiaan, dan masyarakat Aceh untuk membantu pengungsi Rohingya sejak 2015 pasca- Krisis Andaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *