[Cerita Lapangan] Katanya, Pesan kita sederhana bila anak SD paham

Caption:

Hari ini saya dapat kesempatan untuk sosialisasi penyakit cacing di SDN 01 Jakarta Pusat. Pesertanya adalah anak kelas 4 SD. Saya langsung teringat ucapan salah satu pakar komunikasi kesehatan dalam suatu diskusi, “Materi kita dapat dikatakan sederhana dan mudah dipahami bila anak SD paham materi kita.”

Durasi sosialisasi saya sempit, hanya 15 menit. Selain prinsip-prinsip bina suasana untuk memulai diskusi, saya coba menerapkan 3 aspek dalam KAP.

Pertama, pertanyaan pembuka. Katanya, edukasi lebih bagus masuk dari pengalaman warga. Lebih relate. Membuat orang memiliki sense of ownership terhadap isu tersebut. Sehingga saya coba tanya kepada mereka, “Adek-Adek, pagi ini sudah sarapan pakai apa?”, Spontan beberapa dari mereka menjawab “Ayam!”, “Nasi Uduk!”, “Roti!”

Kedua, saya langsung elaborasi dengan prinsip perumpamaan. “Apakah adik-adik kebayang kalau makanan sarapan tadi (roti, ayam, nasi uduk) setelah dimakan dan masuk ke perut, sebelum diserap tubuh, eh malah dicuri dan dimakan sama hewan yang numpang hidup di perut kita?”. Saya lihat wajah kebingungan pada beberapa dari mereka.

Saya lanjutkan perumpamaan saya tersebut. Hewan tersebut adalah cacing. Ia bisa hidup dan tinggal di perut kita. Mencuri dan makan dari makanan yang kita makan. Lalu tumbuh besar, berkembang biak, tambah banyak, dan pastinya akan bikin kita kekurangan nutrisi makanan karena diambilin terus.

Saya coba tambahan solusi sederhana pencegahan yang dapat dilakukan anak-anak tersebut. Cacing ini dapat masuk ke perut melalui mulut dan kaki kita. Untuk mencegah cacing masuk dari mulut, solusinya adalah cuci tangan saat sebelum makan. Sementara untuk mencegah masuk dari kaki, gunakan alas kaki saat keluar rumah. Karena bila kita nyeker, cacing dapat menembus kulit dan berusaha mencari jalan untuk tinggal nyaman dan makan gratis di perut kita.

Ketiga dan terakhir, saya tutup dengan kunci komitmen. Ini bagian tersulit sebetulnya bagi saya namun penting untuk dilakukan.

“Jadi Adik-Adik, mau gak melihara cacing di perutnya?”

“Nggaaa”

“Terus gimana caranya biar gak cacingan?”

sontak sebagian kecil dari mereka menjawab sembari diikuti temannya… “cuci tangaan sebelum makan dan tiduur..ganyeker pas main keluar rumah”

“Bener? nanti kalo lupa cuci tangan gimana keburu makan?”

“Nanti langsung cucii tangan”

Sekian cerita lapangan saya, memang banyak yang belum tersampaikan. Perumpamaannya juga tidak terlalu ilmiah. Tapi begitulah konsekuensi perumpamaan, kelengkapan dan ketepatan pesan jadi harus kita korbankan demi pemahaman warga. Semoga pengalaman singkat ini bermanfaat bagi rekan-rekan sesama praktisi kesehatan! 😁

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fitur Aksesibilitas